Monday, May 20, 2019


  “Mas.., ME TIME yuk..!”
.
.

“Bi, kenapa ya awan itu berarak seperti kapas?”

“Itu lah kebesaran Allah. Kadang seperti kapas, kadang seperti lembaran-lembaran tipis. Awan yang barusan kamu tanya itu termasuk Awan Sedang. Posisinya 2-6 km dari permukaan tanah. Jenis awan seperti itu dinamakan Awan Altocumulus. Berbentuk bulatan kecil-kecil seperti kapas yang menyebar luas di langit. Satu antara yang lain seperti terikat. Awan altocumulus memiliki warna putih hingga abu-abu. Persebaran awan ini sangat teratur di langit dan dapat menyelimuti sebagian besar permukaan langit. Munculnya awan altocumulus terkadang menandakan akan terjadinya hujan deras disertai petir.”

“Tadi khan Abi bilang termasuk awan sedang, emang ada yang lainnya?”

“Jenis awan sedang lainyya adalah Awan Altostratus. Awan ini banyak sekali mengandung butiran air. Oleh karena itu awan ini dapat menghasilkan hujan ringan dan virga (hujan yang tak sampai ke tanah). Secara fisik, awan ini berbentuk lembaran-lembaran tipis dan membentuk jalur-jalur berwarna keabu-abuan. Awan ini menutup sebagian besar permukaan langit, meski beberapa bagian masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Terbentuknya awan ini biasanya saat senja dan malam hari lalu akan perlahan hilang jika siang datang dengan matahari yang terik.”

“Mas Rafa tahu, siapa yang menciptakan awan?”

“Pasti Allah!”

“Yupz betul!”


Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ

Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya... [An Nuur (24): 43]

“Wah, subhanallah.. kitab suci kita luar biasa ya Bi..”


Kali lain saya ganti an tanya:

"Mas bagaimana perasaanmu kemarin bisa ngalahin 3 orang waktu Kejuaraan tingkat Kabupaten (kejurkab) catur?

"Mmmm.. Ah, biasa aja Bi.."

Cuek anak itu menjawab sambil lalu. Dilanjutkan dengan mainan bidak caturnya. 

Hehe.. Itulah ngobrol2 saya sama mas Rafa, anak ketiga.


Ada saatnya kita menyediakan waktu hanya berdua saja dengan satu anak kita. BERDUA saja. Istilah kerennya ME TIME.  Suatau saat asyik ngobrolnya. Terkadang dia nggak nyambung dengan obrolan kita. Kali lain dia cuek bebek, asyik dengan dunianya sendiri. Gak papa.. terus saja ciptakan momen-momen kebersamaan. Bangun kedekatan. Jika hari ini nggak nyambung, paling tidak beberapa “kosa kata” sudah pernah dia dengar, sudah terekam di memorinya. Suatu saat bisa dipanggil ulang (recalling). InysaAllah anak kita nanti akan kaya dengan kosakata dan lebih dewasa. 

Karena saat kita dekat itulah, itu adalah waktu paling tepat untuk menanamkan nilai. Tentu saja, agama diantaranya.   Saat itulah, kita, sebagai orang tua lebih banyak mendengarkan daripada minta didengarkan. Kita memposisikan diri sebagai teman untuk mereka.

Saya menjadi paham kenapa ada sebagian anak-anak diluar sana seperti susah dinasehati? Melawan ketika diarahkan? Berontak ketika diminta berbuat baik?

Bisa jadi karena kita ujug-ujug datang menasehati dia, tanpa membangun kedekatan terlebih dahulu. Tiba-tiba main ayat bak orang suci tanpa mengetahui latar belakang masalahnya. Langsung gunakan power sebagai orangtua tanpa pernah mendengar apa yang menjadi keluh kesahnya..   
 
Nah , di sekolah-sekolah kami (SMP Tunas Bangsa, SMP Al Fateeh, SMK Al Fatah), guru harus bisa menempatkam diri sebagai teman bagi murid. Tidak boleh jaim. Mentang-mentang guru semuanya serba tahu. Kami mau membuka diri. Kami belajar untuk menjadi teman yang asyik bagi murid. Karena bagi kami, membangun sekolah adalah membangun peradaban. Sebab terkadang seorang guru pun harus merendahkan hati untuk belajar dengan siapa pun, termasuk muridnya. 

Bagaimana menurut Anda? Komennya ditunggu dan share jika bermanfaat..  

[Muhamad Arifin]

#smpTunasBangsa
#smpAlFateeh
#smkAlFatah
#sekolahperadaban
#guruTemanyangAsyik

No comments:

Post a Comment